Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 07 September 2013

Kakaak… :'(


Pagi yang crowded. 10.20 waktu Yogya. Antrian di depan papan lebel pesawat sudah panjang. Lion Air, Garuda Air, Batik Air, Wings Air, dll… Kesibukan tampak tak hanya orang-orang di teller mengurus tiket dan check in, namun juga kesibukan mereka mendorong troli dorong barang-barang bawaan. Ada yang sibuk dengan pemanfaatan jasa balut plastik barang, ada yang sesekali melihat toko-toko kecil penjual makanan dan kerajinan tangan khas Yogya. Ada juga yang hanya sekedar duduk di bangku tunggu. Yang mengharukan, ada saja sekelompok orang yang sedang menikmati momen perpisahan. Mungkin keluarga, temen, kerabat, yang akan pulang atau akan pergi jauh meninggalkan mereka yang menangis tersedu. Fida ikut terharu. 

Fida melirik punggung kedua kakak yang masih sibuk registrasi barang bawaan untuk bagasi. Ia mundur beberapa langkah. Sesekali mendongakkan kepala. Ia takut tiba-tiba tumbah dan kepergok kakak. Tidak, kakak hanya pulang ke kota kelahiran, ya walaupun mungkin akan lama tak bertatap wajah lagi.


Batas antar, hanya sampai depan teller bagasi. Artinya hanya bisa sampai disini Fida mengantar kakak. “Kakak hanya pulang, insyaAllah lain waktu tak jenguk lagi nduk, ya” Kak Rani meredakan. Fida tersenyum. Mencium tangan kedua kakak. Dipandangi mata keduanya lekat-lekat. Betapa senang Fida kedatangan keluarga. “Hati-hati kak…” Fida melow. Kedua kakak saling menatap, lanjut tersenyum. Mungkin mereka faham betapa sedihnya sang adik di tinggal pulang. “Gapapa… kapan-kapan kan ketemu lagi… Ya sudah, Kak Rani, Kak Rina, pulang ya… Assalamu’alaykum…” tepuk pundak Fida, keduanya.

Fida masih saja memperhatikan kedua kakak berjalan hingga sampai di zona pemeriksaan bawaan. Sesekali menjinjitkan kaki, memiringkan kepala ke kiri, menggeser berdirinya, mundur hingga agak jauh, untuk tetap berusaha tak kehilangan pandang jilbab lebar kedua kakak dari belakang kejauhan. Hingga mulailah kelabu biru hatinya. Sedih mengelayut tanpa izin. Ia masih memperhatikan. Kedua kakak sudah selesai proses pemeriksaan diri dan bawaan. Tinggal keduanya masuk ke ruang tunggu penerbangan penumpang. Fida berharap sang kakak sekali lagi menoleh kebelakang.

Benar! Kak Rani menoleh kebelakang! Tepat! Matanya langsung tertuju ke sosok Fida yang berdiri jauh seorang diri. Kak Rani melambaikan tangan sambil tersenyum! Fida segera membalas senyum dan turut melambai tangan tinggi sambil jinjit kaki. Satu detik. Singkat sekali. Tak tampak lagi. Sepi! Fida masih mematung ditengah keramaian orang. Menatap kedepan. Entah apa yang diperhatikan, toh sang kakak sudah tak tampak. Ia tertunduk. Berjalan langkah mundur perlahan, dengan mata masih tertahan pada pandang saat kak Rani melambai tangan. Fida tertunduk, mendekati pintu keluar.



Kak Rani dan Kak Rina sebenarnya bukanlah kakak kandung Fida, hanya kakak angkat. Tepatnya, kakak mentor yang dikenal saat Rohis dan beberapa kegiatan di kampus murabbi ngajinya. Keduanya teman murabbi ngaji Fida dulu di Sumatera. Tapi keduanya sudah seperti kakak sendiri. Fida sayang. Hingga, ia masih berjalan tertunduk. Langit yang cerah, serasa pekat.


Terlanjur tangis yang tertahan saat laju motornya. Basah pipinya, mengalir dingin. Pikirannya melayang, tiba-tiba teringat almh. Kak Wida, kakak kandung Fida satu-satunya. Lima tahun yang lalu, kak Wida pergi karena maag akut. Usia pergi yang terbilang muda, 20 tahun, sama dengan usia Fida sekarang. Mungkin, Fida rindu akan sosok seorang kakak. Kakak yang selalu memberi pundak untuk lelah dan sejuta masalah Fida. Tempat curahan hati Fida, tempat Fida berbagi perasaan, tempat ngambek-ngambekan. “Kak Wida… ya Allaah, ampunilah segala dosanya… berilah tempat yang indah untuknya disana… Sayangilah ia seperti ia menyayangi kami sekeluarga…aamiin… ” do’a Fida dalam hati, masih beriring nafasnya yang tersengal. “Untuk Kak Rani, dan Kak Rina, lindungi mereka selalu ya Raabb…” lanjut do’a Fida.

Istigfar ia lafazdkan. Menarik nafas yang panjang. Hingga merah trafick lamp, sudah tak sesegukan lagi. Ah, bukankah kini ia punya banyak sekali sosok Kakak di tempat tinggal yang sekarang? Banyaaak sekali! Fida tersenyum, memuji Ia tanda syukur. Walaupun mungkin tetap saja yang ia rindukan sebenarnya adalah sosok kakak kandung: almh. Kak Wida, namun setidaknya Allah telah mengganti dengan yang lebih banyak lagi. Fida tersenyum. 

#Fabiayyi ‘alaa irabbikumaa tukazdibaan… nikmat yang mana lagikah yang kan kau dustakan…?
#Semua kakak, Fida sayang kalian karena Allaah… :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About