Akhir
acara cetar membahana dengan pembagian hadiah nominasi peserta akhwat-ikhwan
terbaik dan kelompok outbond terbaik. Suasana semakin heboh saat pemutaran
video kumpulan foto-foto mereka selama kegiatan dua hari ini berlangsung,
didepan para akhwat-akhwat kecil dalam barisan duduk manis mereka. Pun
diseberang sana, dua peserta ikhwan, ya, dua peserta saja. Peserta akhwat?
Duapuluh tiga. Total? Dua puluh lima peserta saja yang tergerak langkah untuk
hadir dua hari training dasar SKI ini diantara 600 mahasiswa fakultas. Sungguh,
hidayah itu mahal!
Sudah
ditutup moderator. Truk- angkutan mewah mereka- sudah menunggu di depan
bangunan sekolah alam ini. Sebagian menyalami para peserta yang sudah menenteng
ransel dan beberapa tas tambahan, mungkin pakaian kotor, menuju truk. Sebagian
panitia lain sudah memegang sapu dan angkut-angkut barang. Tapi, aku harus
pulang duluan. Lanjut pamitku pada mereka.
Kunci
motor, hape, semua sudah. Pun menyampaikan pulang duluan pada panitia akhwat.
Ah, betapa indah bersama kalian. Meski kata ‘orang’, kalian terlahir prematur
dan terlalu memaksakan, tapi bagiku, kalian tetaplah ‘aktifis dakwah’, status
yang harusnya disebut demikian sepatutnya.
Senyum
simpul ku guratkan simentris, mulai melangkah meninggalkan aula, merunduk.
Memperhatian mereka para sosok harapan cahaya, satu persatu. Memperhatikan
mereka lekat-lekat. Seketika do’aku mengiring begitu saja dalam hati. Ya
Allaah, jadikan mereka generasi berikutnya yang akan memperjuangkan dakwah kampus
ini… generasi yang kuat, generasi yang juga mampu mencetak generasi tangguh
berikutnya… Membumikan Islam menjadi denyut nadi universitas ini, dan bangsa
ini luasnya…
Beberapa
dari mereka tersenyum. Sesekali memangil nama, “Mbak Fida…” sambil ekspresi
melambai tangan, menunjukan ekspresi penuh semangat senangnya. Senyum mereka
inilah yang menjadi semangat baru bagiku. Bahwa aku masih punya banyak PR untuk
menjadikan mereka ‘orang’, untuk membimbing mereka, untuk menjadikan mereka
adik yang cerdas, mengkader, mewarnai mereka dengan warna-warni keindahan
kebaikan.
“Mbak
Fida…” seorang ‘akhwat kecil’ memegang lengan tangan kananku tiba-tiba.
Langkahku terhenti. Alisku naik tanpa diminta, tapi senyum tulus tetap terlukis
di wajah untuk akhwat kecil di hadapan. “Maafin ya mbak banyak merepotkan…
makasih buat semuanya…” Katanya lirih. Aku diam sejenak. Menatap matanya yang
entah mengapa berkaca-kaca. “Ya Dek, sama-sama, mbak juga makasih sama Epi…”
Kali ini ia menggenggam erat kedua tanganku. Menatapku. Aku binggung karena
matanya semakin berkaca-kaca. Senyumnya sesekali tertekuk, sesekali manis.
Lalu? Ia memelukku! Aku dipeluk! Hei, ada apa? Beberapa detik ia masih memeluk
tubuhku erat, aku tak banyak tanya, mencoba menyambut, welcome, biarlah pikirku. Beberapa detik, seperti ia masih ingin
banyak berbagi cerita sepertinya,
mungkin begitu jika membaca dari sorotan mata. Mungkin ia butuh sosok seorang
kakak perempuan? Atau mungkin hatinya sudah merasa nyaman pada orang-orang dan
lingkungan dengan atmosfer keislaman dan kuatnya ukhuwah ini. Ah, bisa jadi…Alhamdulillah.
Saya menyayangi kalian semua karena Allah ^^ Jadi, ketika tangan ini salah dan
tidak seperti yang kalian harapkan suatu hari, kembalikan pada niat dan dasar
cinta kita, cukup Allah sajalah tempat bersandar dan berserah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar