“Ketika mutiara diambil dari
cangkangnya ia akan bernilai tinggi, dan ketika air mengalir, ia akan memberi
manfaat sekitarnya…” (‘Aidh Al Qarni)
“Saya itu
kayak ga dianggep e, moso aku ngomong ekspresinya konco-konco neng kelas datar
tenan… Ditanya baik-baik tapi jawabannya koq gitu, koq gini, koq ngono…”
Baik, saya
hanya akan menyebutnya “si teman” ya… Masih tetap dengan posisi bibir mencucu,
ia lanjutkan… “Belum lagi di kos, itu si ibu kos kayak nda suka gitu lo Fit
sama aku, kayak nda diharapkan banget gitu ada aku… mbak-mbak kos nya juga
ngono…opo salah aku jal…”
Si teman ku
kumplit banget dah ceritanya… semua yang diceritakan sisi jelek lingkungan
terhadapnya… Rasa tidak dianggap, rasa tidak diharapkan, rasa tidak ada yang
peduli dan perhatian, rasa-rasa tidak nyaman gitu… “Salah satu kunci bahagia
adalah menerima sekitarnya, dan bagaimana jika lingkungan tak mendukung?...
maka jawabannya adalah lihatlah dari mereka dari baik-baiknya, kita tidak akan
membenci sesuatu, kita tidak akan singkuh terhadap sesuatu, kita tidak akan memberikan
asupan berat pada pikiran, tidak akan mempermasalahkan, jika kita mampu melihat
dari sisi baiknya…” Jawabku menyakinkan dan melawan tekukkan wajah si teman
dengan senyum, cie ^^
“Di dunia
ini ada kelezatan surga, barangsiapa tidak merasakannya di dunia ini maka ia
pun tak dapat merasakannya di akhirat nanti.”
Teman, kita
ibarat mutiara, suci, bersih sejak dilahirkan… Terjaga, terjaga rapat dalam
cangkangnya… Tapi pernahkah ketika mutiara itu diangkat dari cangkangnya, maka
nilai tingginya super... Begitupun
kita, suci dan bersih, terlahir dari rahim ibu, diharap mampu memberi nilai
tinggi pada orang sekitarnya…
Lalu
lingkungan tak mendukung?
Bukankah
kita punya kemampuan… Ingatlah, waktu kecil, sewaktu belum bisa berjalan, dengan
dibimbing ibu, kita belajar, mencoba belajar berjalan perlahan, belajar
seimbang berdiri sendiri, beberapa kali jatuh, lain waktu belajar satu langkah,
sesekali tetap jatuh, lain waktu lagi belajar dua langkah, tiga langkah, empat
langkah, tetap ada momen jatuh, hingga bisa lancar berjalan, akhirnya mampu
berlari…
Tidak untuk
menyalahkan keadaan, bergerakkanlah… sebaik-baik manusia adalah yang banyak
memberi manfaat pada orang lain…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar