Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 19 Juli 2013

Cangkang Mutiara



       “Ketika mutiara diambil dari cangkangnya ia akan bernilai tinggi, dan ketika air mengalir, ia akan memberi manfaat sekitarnya…” (‘Aidh Al Qarni)
“Saya itu kayak ga dianggep e, moso aku ngomong ekspresinya konco-konco neng kelas datar tenan… Ditanya baik-baik tapi jawabannya koq gitu, koq gini, koq ngono…”

       Baik, saya hanya akan menyebutnya “si teman” ya… Masih tetap dengan posisi bibir mencucu, ia lanjutkan… “Belum lagi di kos, itu si ibu kos kayak nda suka gitu lo Fit sama aku, kayak nda diharapkan banget gitu ada aku… mbak-mbak kos nya juga ngono…opo salah aku jal…”
Si teman ku kumplit banget dah ceritanya… semua yang diceritakan sisi jelek lingkungan terhadapnya… Rasa tidak dianggap, rasa tidak diharapkan, rasa tidak ada yang peduli dan perhatian, rasa-rasa tidak nyaman gitu… “Salah satu kunci bahagia adalah menerima sekitarnya, dan bagaimana jika lingkungan tak mendukung?... maka jawabannya adalah lihatlah dari mereka dari baik-baiknya, kita tidak akan membenci sesuatu, kita tidak akan singkuh terhadap sesuatu, kita tidak akan memberikan asupan berat pada pikiran, tidak akan mempermasalahkan, jika kita mampu melihat dari sisi baiknya…” Jawabku menyakinkan dan melawan tekukkan wajah si teman dengan senyum, cie ^^

       “Di dunia ini ada kelezatan surga, barangsiapa tidak merasakannya di dunia ini maka ia pun tak dapat merasakannya di akhirat nanti.”
Teman, kita ibarat mutiara, suci, bersih sejak dilahirkan… Terjaga, terjaga rapat dalam cangkangnya… Tapi pernahkah ketika mutiara itu diangkat dari cangkangnya, maka nilai tingginya super...  Begitupun kita, suci dan bersih, terlahir dari rahim ibu, diharap mampu memberi nilai tinggi pada orang sekitarnya…

       Lalu lingkungan tak mendukung?
Bukankah kita punya kemampuan… Ingatlah, waktu kecil, sewaktu belum bisa berjalan, dengan dibimbing ibu, kita belajar, mencoba belajar berjalan perlahan, belajar seimbang berdiri sendiri, beberapa kali jatuh, lain waktu belajar satu langkah, sesekali tetap jatuh, lain waktu lagi belajar dua langkah, tiga langkah, empat langkah, tetap ada momen jatuh, hingga bisa lancar berjalan, akhirnya mampu berlari…

       Tidak untuk menyalahkan keadaan, bergerakkanlah… sebaik-baik manusia adalah yang banyak memberi manfaat pada orang lain…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About