Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 30 November 2013

Mendiamkan itu...



Kadang prasangka itu mengalahkan kata hati… Amarah juga adalah buah dari kemenangan nafsu… Tergantung kitalah akan sampai dibawa kemana… Hingga gontok-gontokan? Namun amarah semakin berapi-api, tidak pernah puas dengan semua lampisan amarah, hati semakin tidak tenang, hubungan semakin miris, senyum semakin mahal, genderang kebencian semakin kuat,  ah mungkin demikian jika ‘mereka’ diluar sana saat kontroversi hati bersama saudara sendiri…  

“Sebenarnya hati ini cinta kepadamu…
Sebenarnya diri ini rindu kepadamu…”
(Lagu favorit- Sesungguhnya- Raihan)

Tiga pekan lamanya ‘mendiamkan’ beliau…  Tiga pekan loh ya, bukan tiga hari? Lama banget? Biar saja, biar rame… “Pecahkan saja, biar ramai…” kutipan sebuah sinetron…:D Selama prosesi tiga pekan itulah nano-nano, kadang geli, kadang sedih, kadang galau…

Bentuk solidaritas simpati mulai bermunculan… Mulai dari teman satu kamar yang nge-cein… “Jadi sebenernya musyrifah Fida itu mbak Evi ato mbak One sih? Ego-ku masih dominan, tidak pernah mengakui beliau, hehe :D … Teman tetangga juga turut ikut-ikutan, sok bergaya penasehat handal…”Fida, sok imut banget sih pake acara diem-dieman segala… ga imut tauk” Fida imut lah…. :P

Tak melihat jarak, tetangga jauh pun, sengaja datang ke kamar… Tabayyun bahasa kerennya… “Fida sama ‘ammah One kenapa sih, sangking cintanya ya? Sampe diem-dieman lama beud? Dulu kan Fida suka ngasih Jahe anget ke 'ammah One, perhatian, ngasih surpirze kado juga di miladnya, masak sih Fida sekarang kayak gini, ga salah?” tanyanya polos. Tak jawab apa coba? “Iya, itu dulu, sekarang, sangking bencinyaa…” kataku ketus. “Sekarang Fida nakal ya, ga kayak dulu …” Ia berlalu, ending tatapan kecewa. Membalas dengan senyum saja…

Belum lagi sang mahasiswi Hukum handal, sebut saja F: “Aku ga percaya kamu kayak gini Fida… Aku yakin, ini sandiwara kan? kamu itu sebenarnya Cinta, tapi keegoaanmu saat ini yang terus-terusan membuatmu mengatakan Benci… ga perlulah diem-dieman, anggap setiap orang itu anggap mad’u kita, jika tidak berkenanpun, tidak akan menjadi masalah…” nasehatnya. “Tidak ada yang menjadikan masalah, biarlah seperti ini, semua tetap akan berjalan sebagaimana mestinyaa..” jawabku sederhana… tralalaa ^_^

Efeknya? Agenda ba’da magrib tak pernah lagi izin. Bermalam diluar pun tidak pernah lagi izin. Pulang telat, tidak halaqah, pun tanpa izin.. Ditanya kemana? Tidak pernah dijawab… Sms? Tidak pernah lagi, apapun. Selalu berusaha menghindari perlunya sms. Berpapasan? Memalingkan wajah, mengalihkan pandangan, tidak pernah menatap, tak peduli, lalu berlalu, tanpa ba-bi-bu… Begitupun di Halaqah, tidak mengubris sedikitpun panggilannya. Boro-boro nyaut panggilan, jabat tanganpun aku tak mau.. Waw? Fida? Terlalu tega? Ga juga… :P Klob ! sombong amat Fida? tralalaa ;)

Hingga akhir genap tiga pekan, setiba dikamar ba’da shalat subuh berjama’ah di mushola. Di atas ransel hitamku yang sedikit terbuka, berkilau sebatang cokelat dengan amplop kecil rona pink… dari siapa? Tiada nama. Hanya ada: “Buat Widaswari”… Segera kubuka.

Assalamu’alaikum wr. Wb.
Hai Widaswari, kangend ne ma susu jahe buatan Widaswari yang biasa dibuatkan untuk mb. Maximal mendiamkan orang itu 3hari, ayo, mb banyak salah memang, tapi apa tidak ada sedikitpun maaf….
Terima kasih ya sudah banyak memberi pelajaran buat mb.
Thanks_ mb. Pemandu
(One ya, bukan ‘ammah Evi) 


Terharu… tapi masih berlumur ego…
Sebenarnya ‘mendiamkan’ ini adalah traitmenku untuk bagaimana solusi saat marah dengan orang lain. Dari pada saling hujat? Dari pada saling menjatuhkan? Dari pada main tangan? Cantik kan marahnya? ;) Cukup didiamkan :D tapi agak terlalu juga sih, moso tiga pekan lamanya… hehe :D oke, saat itu juga aku fikir semuanya cukup, cukup sampai hari ini… hari berikutnya semua akan seperti biasa… tralaalaa :P

Hingga coklat silverquen itu aku bawa saat melingkar Halaqah Qur’an… Aku katakan ini dari seseorang. Dan…. “Cara orang menunjukkan cinta itu banyak perkara, banyak versi… ada yang memang harus marah dulu, ada yang memang harus didiamkan dulu, ada yang memang harus benci dulu… Namun, ada kalanya kita harus memberi… Untuk mengikat Hati…” kataku sok bijak… hehe :D coklat itu? Kita makan bersama deh…

Hingga, Halaqah Qur’an kini ga krik-krik lagi karena diamnya Fida… mulai menatap lagi wajah pemandunya… mulai bersalaman lagi seusai do’a akhir… mulai akrab dan renyah lagi tertawa dan tersenyumnya… mulai rapat lagi duduk melingkarnya.. Oke ^^

Ah, lucunya… pengalaman ‘mendiamkan musyrifah sendiri’ ini… Tega ya? Ga lagi deh… Mau jadi santri baik-baik… :D Love you, jazakillah ‘ammah One..

“Kicau burung berdendang… Nyanyian alam…
Riuh bersautan… Bertapa merdunya…
Coba liat dan renungkan… Langit dan istananya…
Hamparan samudera… Betapa indahnya…”
(Jarmus Kalimasada- Petuah Hati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About