Kadang prasangka itu mengalahkan kata hati… Amarah juga adalah buah dari
kemenangan nafsu… Tergantung kitalah akan sampai dibawa kemana… Hingga
gontok-gontokan? Namun amarah semakin berapi-api, tidak pernah puas dengan
semua lampisan amarah, hati semakin tidak tenang, hubungan semakin miris,
senyum semakin mahal, genderang kebencian semakin kuat, ah mungkin demikian jika ‘mereka’ diluar sana
saat kontroversi hati bersama saudara sendiri…
“Sebenarnya hati ini cinta
kepadamu…
Sebenarnya diri ini rindu
kepadamu…”
(Lagu favorit- Sesungguhnya- Raihan)
Tiga pekan
lamanya ‘mendiamkan’ beliau… Tiga pekan
loh ya, bukan tiga hari? Lama banget? Biar saja, biar rame… “Pecahkan saja, biar ramai…” kutipan
sebuah sinetron…:D Selama prosesi tiga pekan itulah nano-nano, kadang geli,
kadang sedih, kadang galau…
Bentuk
solidaritas simpati mulai bermunculan… Mulai dari teman satu kamar yang nge-cein…
“Jadi sebenernya musyrifah Fida itu
mbak Evi ato mbak One sih? Ego-ku masih dominan, tidak pernah mengakui beliau,
hehe :D … Teman tetangga juga turut ikut-ikutan, sok bergaya penasehat
handal…”Fida, sok imut banget sih pake acara diem-dieman segala… ga imut tauk”
Fida imut lah…. :P
Tak melihat
jarak, tetangga jauh pun, sengaja datang ke kamar… Tabayyun bahasa kerennya… “Fida sama ‘ammah One kenapa sih, sangking cintanya ya? Sampe diem-dieman
lama beud? Dulu kan Fida suka ngasih Jahe anget ke 'ammah One, perhatian, ngasih surpirze kado juga di miladnya, masak
sih Fida sekarang kayak gini, ga salah?” tanyanya polos. Tak jawab apa coba? “Iya,
itu dulu, sekarang, sangking bencinyaa…” kataku ketus. “Sekarang Fida nakal ya,
ga kayak dulu …” Ia berlalu, ending tatapan kecewa. Membalas dengan senyum saja…
Belum lagi sang mahasiswi Hukum handal, sebut saja F: “Aku ga percaya kamu kayak gini Fida… Aku yakin, ini sandiwara kan? kamu itu sebenarnya Cinta, tapi keegoaanmu saat ini yang terus-terusan membuatmu mengatakan Benci… ga perlulah diem-dieman, anggap setiap orang itu anggap mad’u kita, jika tidak berkenanpun, tidak akan menjadi masalah…” nasehatnya. “Tidak ada yang menjadikan masalah, biarlah seperti ini, semua tetap akan berjalan sebagaimana mestinyaa..” jawabku sederhana… tralalaa ^_^
Efeknya? Agenda ba’da magrib tak pernah lagi izin. Bermalam diluar pun tidak pernah lagi izin. Pulang telat, tidak halaqah, pun tanpa izin.. Ditanya kemana? Tidak pernah dijawab… Sms? Tidak pernah lagi, apapun. Selalu berusaha menghindari perlunya sms. Berpapasan? Memalingkan wajah, mengalihkan pandangan, tidak pernah menatap, tak peduli, lalu berlalu, tanpa ba-bi-bu… Begitupun di Halaqah, tidak mengubris sedikitpun panggilannya. Boro-boro nyaut panggilan, jabat tanganpun aku tak mau.. Waw? Fida? Terlalu tega? Ga juga… :P Klob ! sombong amat Fida? tralalaa ;)
Hingga akhir genap tiga pekan, setiba dikamar ba’da shalat subuh berjama’ah di mushola. Di atas ransel hitamku yang sedikit terbuka, berkilau sebatang cokelat dengan amplop kecil rona pink… dari siapa? Tiada nama. Hanya ada: “Buat Widaswari”… Segera kubuka.
Assalamu’alaikum
wr. Wb.
Hai Widaswari,
kangend ne ma susu jahe buatan Widaswari yang biasa dibuatkan untuk mb. Maximal
mendiamkan orang itu 3hari, ayo, mb banyak salah memang, tapi apa tidak ada
sedikitpun maaf….
Terima kasih
ya sudah banyak memberi pelajaran buat mb.
Thanks_ mb. Pemandu
Terharu… tapi masih berlumur ego…
Sebenarnya ‘mendiamkan’ ini adalah
traitmenku untuk bagaimana solusi saat marah dengan orang lain. Dari pada
saling hujat? Dari pada saling menjatuhkan? Dari pada main tangan? Cantik kan
marahnya? ;) Cukup didiamkan :D tapi
agak terlalu juga sih, moso tiga pekan lamanya… hehe :D oke, saat itu juga aku
fikir semuanya cukup, cukup sampai hari ini… hari berikutnya semua akan seperti
biasa… tralaalaa :P
Hingga coklat silverquen itu aku bawa saat melingkar Halaqah Qur’an… Aku katakan ini dari seseorang. Dan…. “Cara orang menunjukkan cinta itu banyak perkara, banyak versi… ada yang memang harus marah dulu, ada yang memang harus didiamkan dulu, ada yang memang harus benci dulu… Namun, ada kalanya kita harus memberi… Untuk mengikat Hati…” kataku sok bijak… hehe :D coklat itu? Kita makan bersama deh…
Hingga coklat silverquen itu aku bawa saat melingkar Halaqah Qur’an… Aku katakan ini dari seseorang. Dan…. “Cara orang menunjukkan cinta itu banyak perkara, banyak versi… ada yang memang harus marah dulu, ada yang memang harus didiamkan dulu, ada yang memang harus benci dulu… Namun, ada kalanya kita harus memberi… Untuk mengikat Hati…” kataku sok bijak… hehe :D coklat itu? Kita makan bersama deh…
Hingga, Halaqah Qur’an kini ga
krik-krik lagi karena diamnya Fida… mulai menatap lagi wajah pemandunya… mulai
bersalaman lagi seusai do’a akhir… mulai akrab dan renyah lagi tertawa dan
tersenyumnya… mulai rapat lagi duduk melingkarnya.. Oke ^^
Ah, lucunya… pengalaman ‘mendiamkan
musyrifah sendiri’ ini… Tega ya? Ga
lagi deh… Mau jadi santri baik-baik… :D Love you, jazakillah ‘ammah One..
“Kicau burung berdendang… Nyanyian
alam…
Riuh bersautan… Bertapa
merdunya…
Coba liat dan renungkan… Langit
dan istananya…
Hamparan samudera… Betapa
indahnya…”
(Jarmus Kalimasada- Petuah
Hati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar