Seorang teman, sebut saja Fulana, duduk tak jauh dari
pandang ku....
Kajian di ruang 8x8 meter ruang mushola utama agenda pekanan
sebuah organisasi dakwah kampus… Perhatianku tertuju padanya…
Aku bisa merasakan
betapa ia tampak serba salah, kikuk, galau, kecewa, seperti itu ku rasa…
Dan
ternyata statement ku itu makin diperkuat dengan pengakuannya, dengan curhatan
nya….
Semoga menjadi koreksi untuk mu semua Ukhtifillah…..Untuk ku juga….
Dia merasa seperti orang asing ditengah-tengah wanita lain
seperti dirinya…
Sebagai seorang muslimah yang sudah mulai melek syariat, dia
memang sedang begitu hausnya akan ilmu agama…
Awalnya langkahnya ragu mengikuti
ta’lim ini, ada berbagai kemungkinan tak enak ia pikirkan…
Ia harus berjibaku
dengan rasa ragunya, tapi ia paksakan diri juga, ia luruskan niat: -tholibul
ilmu-….
“Hanya ingin dapat ilmunya,
mencoba untuk tidak menghiraukan suasana yang mengganggu perasaan,
lillahita’ala –semoga.”
Di tengah-tengah kajian berlangsung ada semacam kegelisahan
menggeluti pikiran nya…
Kesejukan hati dengan siraman rohani, terganggu dengan
keresahan yang merasuk pelan….
Keresahan yang bisa disebut kejanggalan, kenapa
ditengah-tengah suasana ramai saat itu, ia justru merasa sendiri….?
Ia semakin merasa seperti makhluk dari planet lain…
Merasa
asing… Siapa aku dan kenapa aku?
Hatinya
tak tenang, sedih lebih tepatnya…
Kerasnya suara speker pembicara, kalah dengan
kerasnya pertanyaan yang mencubit-cubit hatinya… Bukankah kita berada disini dalam acara yang sama, dengan niat dan
tujuan yang tak jauh berbeda, lalu kenapa….?
Kenapa ia merasa tak nyaman
dengan akhwat-akhwat itu yang asyik ‘menggerombol’ dengan ‘kawan sesamanya’?
Dan saat itu lah ia bertanya pada hati nya, lalu menjawabnya
sendiri….
Berulang kali, bertanya dan menjawab sendiri lagi, tak ada pergulatan
dalam hati nya, karena jawabannya beralasan sama….
Ia sadar, rasa itu muncul
karena penampilannya yang ‘berbeda’ dari kebanyakan mereka….
Dengan jilbab
‘biasa’ dan masih ‘umum’, style pun belum ‘standar’, ia benar-benar jadi ‘bintang
tamu’ saat itu….
“Bukankah aku ‘orang
baru’ dan kalian sangat senang masuknya orang-orang seperti ku, lalu kenapa
kalian cuek pada ku….? Bagaimana jika aku tak mau taklim lagi? Bagaimana jika
aku lari dari dunia dakwah ini bukan karena tidak menerima dakwah tapi lebih
karena yang kalian pertontonkan adalah rasa ketidakpedulian dan egoisme itu,
tak sadarkah kalian itu menyakitkan hatiku?....” Meraba batinnya….
Saudariku, bayangkan bagaimana jika ia ditengah kegalauan
hatinya, minimnya ilmu, belum kuatnya iman, dan kurang nya teman yang
menguatkan, bagaimana jika ada ‘orang lain’ yang meluluhkan hatinya?....
Dan
bagaimana jika ini terjadi bukan hanya pada ia saja, tapi terjadi pada ribuan
orang lainnya?
Saudariku, Seperti itu kah kita?...
Dengan sadar atau tidak
sadar sikap kita demikian?...
Kenapa?... Merasa lebih sholehah?... Merasa lebih
alim? Merasa sudah menyandang status ‘akhwat’ sedangkan ia tak pantas hanya
karena ‘cover’ tak sama?...
Bukannya yang mulia di sisi Allah adalah yang
paling taqwa?...
Lalu muncul sikap tak peduli….
Pun sikap egoisme yang hanya
ingin merapat dengan ‘sesama’?
Kenapa tidak kita rengkuh mereka?
Kenapa tidak
merangkul dan menjadi bagian dari mereka yang membantu menguatkan langkah…. Akankah
sulit? Tidak Sauadari ku, sekali lagi tidak…
ini hanya masalah kesadaran diri
kita….
Contoh kata hati Fulana diatas pun sudah didukung karena langkah nya mendekati
jalan ini atas keinginan nya sendiri, lalu apa sulitnya?...
Saudariku, gapai tangannya, rangkul, dan peluk mereka….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar