Berawal dari pemerhatian
terhadap mereka para bidadari musyrifah
(pemandu) santri. Sebut saja mbak Bela (nama samaran) rela memberikan segenap
waktunya untuk menjaga Asma pasca lebaran. Tanpa pamrihpun (kalo pamrih namanya
satpam dunk :D) menjaga bocil-bocil yang tertinggal di rumah cahaya ini. Juga
tentang nilai ikhlas memberikan separuh nasinya untukku beberapa kali saat
sahur Ramadhan lalu (kalo yang ini karena beliau makannya seutil til). Jazakillaah ‘ammah… ^_^
Pemandu santri yang setiap
saat ‘syuro’ demi penjagaan ruhiah dan kemajuan kapasitas santri. Menjaga diri
dan berusaha memberikan contoh yang baik, termasuk dari hal-hal yang kecil
sekalipun. Sebut saja mbak One (nama samaran) langsung mengganti baju cantiknya
dengan baju biasa saat sholat isya’ berjama’ah pasca halaqah Qur’an ba’da
magrib, karena sebelumnya seorang santri, (sebut saja Rahma- nama samaran)
menyampaikan dengan polosnya pada beliau langsung “kok mbak One sekarang lebih
gerly ya” ha:D
Tidak sederhana sebenarnya.
Dituntut setiap saat memperhatian gerik santri-santri tercinta. Saat pembagian
teman dan kamar baru contohnya, ini tentu hasil melingkar mereka yang intensif,
mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, pulsa, dan lainnya. Yah meski kadang rada
risih dengan tingkat perhatian yang pernah lebih. Sebut saja, lagi-lagi mbak
Bela, (tetep pake nama samaran ya), sangking perhatiannya setiap beliau lewat
depan kamar selalu memanggil namaku sambil lalu… “Fitriiii….” Hanya itu -_-….
Bayangkan kalo lima kali bolak-balik?! Fitri… Fitri…. Fitri… Fitri… Fitri... Manggil
tok, tanpa ada perlu? menolehpun tidak? ih, Gemesz! Belum lagi mbak Bela yang
pake acara pinjem hp mbak one tanpa keterangan nama “mbak bela”… Tidaaak… Mbak
Belaaa >.<
Halaqah qur’an di dampingi
musyrifah tercinta. Sebut saja mbak
Evi (nama asli) ketika sedang melingkar dalam sebuah cerita bersama, di tengah
cerita seorang santri mengatakan “saya kan ga deket sama dia mbak…” Mbak evi
menjawab penuh cinta, “Ndak boleh gitu… minta sama Allah, berdo’a agar saling
didekatkan hati… perkara mudah bagi Allah…”. Ya rabb, mungkin bagi santri lain
yang mendengar ungkapan itu akan biasa saja, tapi saya? Baru pertama kalinya
mendengar dan merasakan kekuatan makna mendalam kalimat perihal do’a
‘didekatkan hati’ terhadap saudara, pun supermelownya saya menambah panjang
deret tersentuh hati… Mbak Evi :*)
Satu lagi nih, amal yaumi
santri. Ini yang sangat diperhatikan para musyrifah.
Jika ta’limat tilawah saat Syawal
pasca Ramadhan untuk santri adalah terjaga one
day one juz, artinya mereka tentu menjaga lebih dari itu atau setidaknya
istiqomah dengan standar yang sama. Kalo minimal qiyamulail sepekan empat kali untuk santri, mereka menyiapkan diri
untuk everyday, plus membangunkan
semua keluarga besar disini. Masalah mbangunin santri juga muncul uji kesabaran
lagi nih. Ada-ada saja, tipe-tipe santri yang susah dibangunkan, atau tipe
santri yang jika dibangunkan malah ngigau. “Hayok Nur, bangun, tahajud…” tegas
seorang musyrifah tetap penuh cinta.
“iya mbak, Semarang belok kiri…” Haha :D ngigau si Nur (nama santri samaran).
Pekerjaan lain? Membuat
jadwal mata kuliah, melobi ustad, merencanakan konsepan ujian, metode hafalan
qur’an saat halaqah, memasang wajah penuh senyum walau beban di pundak semakin
berat, memasang tampang serius disaat ingin minta perhatian santri, menjaga
hafalan agar menjadi imam sukses dengan ayat-ayat pilihan, menjaga tahsin
bacaan Qur’an, forum agen rahasia lainnya mungkin, ah semua-mua…
Juga, tentang ke kelas.
Udah setahun nih disini. Tapi kalo mau ke kelas, musyfirah tetap gencar manggil satu persatu kamar-kamar yang masih
khusyuk bertafakur. Wanti-wanti kalo ada yang terlalu khusyuk hingga tidak
sempat ke kelas.
Hei ! Musrifah mau-maunya ngurus santri? Yah jelas lah, karena memang
udah tugasnya sebagai bentuk pengapdian pada pondok ini dan ustad. Sekedar itu?
Jika hanya sekedar itu, jika hanya sesederhana itu, mbak Bela, mbak One, mbak
Evi, mbak Ria, mbak Siwi, mbak Yesi, mbak Fida, (semua nama samaran loh ya:D)
tidak akan betah bertahan hingga dua tahun dengan status, tekanan, dan berbagai
tuntutan mereka sebagai Musyrifah. Lalu?
Tentu ada yang lebih memberikan kekuatan cinta, untuk tegar berdiri dan
membersamai. Apa? Niat ikhlas mengajak kebaikan karenaNya sajalah, dan tulus
cinta pada santri, pun karenaNya. Hingga marah dan ngambeknya mbak Bela
(masih nama samaran) adalah marahnya
cinta… hingga wajah imutnya mbak One (lagi-lagi nama samaran) adalah imutnya kekuatan
cinta… hingga nasehat yang begitu sering diulang-ulang saat tahsinnya mbak Ria
(ini juga nama samaran) adalah nasehat berlumur cinta… hingga kelemahlembutan
mbak Siwi (nama asli) dalam adab komunikasi adalah adab menjunjung tinggi cinta… hingga pertanyaan
intrograsi yang menyudutkan tersangka pulang telat tanpa izin-nya mbak One
(nama samaran, eh:D) adalah intrograsi aura cinta... Bidadari pun cemburu pada
mu para musyifah, pada lingkaran kita;
rumah cahaya ^^
kyaaaa Fitri the next musrifah :D
BalasHapusAaaaaaaaaaaaa mb Fathim... >o<
BalasHapus