Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 01 Mei 2013

" HASUT "


Lewat tulisan ini, saya ingin sekedar berbagi tentang materi yang disampaikan Ust.Sholihun,
Kuliah subuh Tafsirul Qur’an, QS. Al-Falaq,  @Asma Amanina, Selasa-8 Januari 2013…

“Kisah seorang sahabat Rasulullah. (Afwan, nama sahabat ini tidak tercatat, baik di ingatan maupun di catatan kuliah Tafsirul Qur’an –ku ini). Rasulullah pernah mengatakan bahwa seorang sahabat ini adalah ‘ahli surga’. Dengan kabar ini, datanglah seorang sahabat lain (sebut saja Fulan) yang merasa penasaran dengan amalan istimewa apakah gerangan yang membuat sahabat ini dijamin ahli surga oleh baginda Rasul. Hingga ia meminta izin kepada sahabat untuk mabit di rumahnya, tanpa sepengetahuan sabahat tentang maksud Fulan yang sebenarnya ingin melakukan investigasi rahasia. “Izinkan aku mabit di rumahmu ini wahai sahabat, karena aku sedang bermasalah dengan kedua orang tuaku”. Fulan mabit di rumah sahabat selama 3 hari. Satu hari berlalu, dua hari berlalu, hingga hari terakhir: “Sebenarnya aku tidak sedang bermasalah dengan kedua orang tuaku. Aku hanya ingin mengetahui tentang amalan istimewamu sebagai jaminan ahli surga dari Rosulullah. Tapi sungguh, sudah selama tiga hari ini aku tidak menemukan tanda-tanda apapun tentang amal shalih istimewa yang pantas untuk menjadi alasan ‘ahli surga’mu itu, lebih baik aku pulang…”. Sahabat menjawab: “Iya, saya sungguh tidak mempunyai amalan istimewa apapun dalam Islam ini, tapi satu hal yang membuat Rasulullah menjaminku menjadi ahli surga adalah bahwa aku tidak pernah menyimpan rasa Hasut terhadap saudaraku…”

Sebuah hadist yang para ulama mengatakan ini hadist dhoif ada juga yang mengatakan ini….
Bahwa: “Di dalam aktivitas dakwah, beberapa penghalang yang akan hadir adalah
  1. Syetan
  2. Mukmin yang benci (salah satunya orang yang hasut)
  3. Hawa nafsu
  4. Orang kafir
  5. Orang munafik”

Dan ketahuilah: Kuluzdii ni’mathi mahsuuud… Setiap orang yang menerima nikmat itu pasti akan ada yang Hasut (minimal syetan)…

Ukhtifillah, hati-hati pada syetan: jangan menganggap segala sesuatu itu tidak ada masalah… Ketika mulai hadir dihati “Kok dia gitu bla bla bla” “memangnya dia pikir bla la bla…” “Jangan-jangan dia sudah pindah harokah” “Jangan-jangan nanti malah tidak beres diamanahkan padanya” “Jangan-jangan itu benar dia yang tidak pakai kaos kaki keluar asrama” “Jangan-jangan dia malas sehingga sakit pura-pura”… Ah, Hasut luar biasa membuat keropos sendi-sendi panji dakwah yang sudah dibangun kokoh. Istigfar yoh, Astagfirullahaladzim… Lalu ingatlah bahwa kita hidup bukan untuk memenuhi kebutuhan syahwat. Sekali lagi, kita ini hidup bukan untuk memenuhi kebutuhan syahwat. Bukan syuro’ untuk forum sisipan ghibah. Bukan untuk mencari wadah mengekspresikan diri ‘aku lah sholihah, jilbabku lebar, amanahku stategis, keputusanku didengar, bicaraku menggetarkan para mad’u, aku pantas bersanding bersama orang-orang sepadan’, dibandingkan si A, si B, si C yang begini begitu… Kemudian adalah bahwa semua berawal dari hal yang kita anggap biasa. 

Sering kali terlihat, bahkan tampak betul tentang dzon-dzon yang sering menguak ke permukaan. Bukannya cepat diselesaikan, bukannya cepat bertabayun, bukannya cepat meluruskan, bukannya cepat meminta maaf, tetapi asyik mengikuti arus perkembangan dzon itu. 

Penampilan tidak terlihat sholih seperti biasa sudah di judge ‘futur’… Hijrah lini amanah sudah di sinyalir ‘tak tsiqoh’… Tak berangkat syuro’ sudah berterbangan dzon-dzon dari saudaranya sendiri…
Satu pertanyaan, sudahkah lurus hati ini untuk niatan bergerak HANYA karena ALLAH? Atau justru karena makhlukNya? Justru karena status sosial ‘kader militan top’? Atau karena ingin posisi yang lebih tinggi dan berpegaruh pada lingkaran besar ini, hingga jika tidak diusung, menamakan diri sebagai barisan kader sakit hati? Lucu. Sudahkah bersih hati ini untuk tidak menghadirkan Hasut? Iyyakum walhasada fainnal hasadataad kuluu hasanaa tikamaa taakkulunnaa rolhatab… Hasut adalah penyakit hati, dan ia adalah bagian dari dosa besar…

Inilah fenomena sekarang, dalam lembaga dakwah selalu mudah terbius dengan isu-isu negatif dari dalam, maupun mudah terbius tentang fitnah pun dari dalam… (masalah fitnah akan dibahas dilain kesempatan)… Sesungguhnya Hasut akan kembali pada orang yang hasut…
Maka sebelum antum gencar menghabiskan Risalah Pergerakan 1, 2, Manhaj Haroki, Mencetak Generasi Rabbani, Ma’alim fii Atthori’, cobalah untuk memahami Tazkitun Nafs… Sudahkah? Karena yang terpenting di dalam Kader Dakwah adalah bagaimana masing-masing Kader itu Membersihkan Hati…”
-semoga bermanfaat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About