Lewat tulisan
ini, saya ingin sekedar berbagi tentang materi yang disampaikan Ust.Sholihun,
Kuliah subuh Tafsirul Qur’an, QS. Al-Falaq, @Asma Amanina, Selasa-8 Januari 2013…
Kuliah subuh Tafsirul Qur’an, QS. Al-Falaq, @Asma Amanina, Selasa-8 Januari 2013…
“Kisah seorang
sahabat Rasulullah. (Afwan, nama sahabat ini tidak tercatat, baik di ingatan
maupun di catatan kuliah Tafsirul Qur’an –ku ini). Rasulullah pernah mengatakan
bahwa seorang sahabat ini adalah ‘ahli surga’. Dengan kabar ini, datanglah
seorang sahabat lain (sebut saja Fulan) yang merasa penasaran dengan amalan
istimewa apakah gerangan yang membuat sahabat ini dijamin ahli surga oleh
baginda Rasul. Hingga ia meminta izin kepada sahabat untuk mabit di rumahnya,
tanpa sepengetahuan sabahat tentang maksud Fulan yang sebenarnya ingin
melakukan investigasi rahasia. “Izinkan aku mabit di rumahmu ini wahai sahabat,
karena aku sedang bermasalah dengan kedua orang tuaku”. Fulan mabit di rumah
sahabat selama 3 hari. Satu hari berlalu, dua hari berlalu, hingga hari terakhir:
“Sebenarnya aku tidak sedang bermasalah dengan kedua orang tuaku. Aku hanya
ingin mengetahui tentang amalan istimewamu sebagai jaminan ahli surga dari
Rosulullah. Tapi sungguh, sudah selama tiga hari ini aku tidak menemukan
tanda-tanda apapun tentang amal shalih istimewa yang pantas untuk menjadi
alasan ‘ahli surga’mu itu, lebih baik aku pulang…”. Sahabat menjawab: “Iya,
saya sungguh tidak mempunyai amalan istimewa apapun dalam Islam ini, tapi satu
hal yang membuat Rasulullah menjaminku menjadi ahli surga adalah bahwa aku
tidak pernah menyimpan rasa Hasut terhadap saudaraku…”
Sebuah hadist
yang para ulama mengatakan ini hadist dhoif ada juga yang mengatakan ini….
Bahwa: “Di
dalam aktivitas dakwah, beberapa penghalang yang akan hadir adalah
- Syetan
- Mukmin yang benci (salah satunya orang yang hasut)
- Hawa nafsu
- Orang kafir
- Orang munafik”
Dan ketahuilah:
Kuluzdii ni’mathi mahsuuud… Setiap orang yang menerima nikmat itu pasti akan
ada yang Hasut (minimal syetan)…
Ukhtifillah,
hati-hati pada syetan: jangan menganggap segala sesuatu itu tidak ada masalah… Ketika
mulai hadir dihati “Kok dia gitu bla bla bla” “memangnya dia pikir bla la bla…”
“Jangan-jangan dia sudah pindah harokah” “Jangan-jangan nanti malah tidak beres
diamanahkan padanya” “Jangan-jangan itu benar dia yang tidak pakai kaos kaki
keluar asrama” “Jangan-jangan dia malas sehingga sakit pura-pura”… Ah, Hasut
luar biasa membuat keropos sendi-sendi panji dakwah yang sudah dibangun kokoh. Istigfar
yoh, Astagfirullahaladzim… Lalu ingatlah bahwa kita hidup bukan untuk memenuhi
kebutuhan syahwat. Sekali lagi, kita ini hidup bukan untuk memenuhi kebutuhan
syahwat. Bukan syuro’ untuk forum sisipan ghibah. Bukan untuk mencari wadah
mengekspresikan diri ‘aku lah sholihah, jilbabku lebar, amanahku stategis,
keputusanku didengar, bicaraku menggetarkan para mad’u, aku pantas bersanding
bersama orang-orang sepadan’, dibandingkan si A, si B, si C yang begini begitu…
Kemudian adalah bahwa semua berawal dari hal yang kita anggap biasa.
Sering kali
terlihat, bahkan tampak betul tentang dzon-dzon yang sering menguak ke
permukaan. Bukannya cepat diselesaikan, bukannya cepat bertabayun, bukannya
cepat meluruskan, bukannya cepat meminta maaf, tetapi asyik mengikuti arus
perkembangan dzon itu.
Penampilan tidak
terlihat sholih seperti biasa sudah di judge ‘futur’… Hijrah lini amanah sudah
di sinyalir ‘tak tsiqoh’… Tak berangkat syuro’ sudah berterbangan dzon-dzon
dari saudaranya sendiri…
Satu pertanyaan,
sudahkah lurus hati ini untuk niatan bergerak HANYA karena ALLAH? Atau justru
karena makhlukNya? Justru karena status sosial ‘kader militan top’? Atau karena
ingin posisi yang lebih tinggi dan berpegaruh pada lingkaran besar ini, hingga
jika tidak diusung, menamakan diri sebagai barisan kader sakit hati? Lucu.
Sudahkah bersih hati ini untuk tidak menghadirkan Hasut? Iyyakum walhasada fainnal
hasadataad kuluu hasanaa tikamaa taakkulunnaa rolhatab… Hasut adalah penyakit
hati, dan ia adalah bagian dari dosa besar…
Inilah fenomena
sekarang, dalam lembaga dakwah selalu mudah terbius dengan isu-isu negatif dari
dalam, maupun mudah terbius tentang fitnah pun dari dalam… (masalah fitnah akan
dibahas dilain kesempatan)… Sesungguhnya Hasut akan kembali pada orang yang
hasut…
Maka sebelum
antum gencar menghabiskan Risalah Pergerakan 1, 2, Manhaj Haroki, Mencetak
Generasi Rabbani, Ma’alim fii Atthori’, cobalah untuk memahami Tazkitun Nafs…
Sudahkah? Karena yang terpenting di dalam Kader Dakwah adalah bagaimana
masing-masing Kader itu Membersihkan Hati…”
-semoga
bermanfaat-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar