Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 01 Mei 2013

Bersama Tangis 20 Tahun Wida - Part II


Dengan sangat kanget ia terbangun dari tidurnya. Sungguh kanget. Seketika kepalanya berdenyut, ia akan pusing seketika jika dibangunkan dengan kejutan sedemikian. Mata yang masih berkunang karna pusing, langsung ditambah dengan hentakan suara seorang di hadapannya. Masuk kamar tanpa permisi, membuka pintu tiba-tiba, memanggil Wida dengan nada tinggi. Bagaimana Wida tak kaget terbangun? 

“Ya Allah Wida, kerja mu itu hanya tidur, kamu pikir disini Cuma buat tidur, hah?! Bersih-bersih asrama bareng yang lain sudah ga ikut…bangun kesiangan!!”

 Wanita itu keluar begitu saja, dengan istigfar yang terdengar mengakhiri. Wida tersengat. Ia shock luar biasa. Sosok lembut dan pendiam itu seketika bagai menerima gemuruh hebat ke dalam hatinya. Seruan itu Wida tanggapi segera dengan lantunan maaf dan rasa bersalah mendalam. Mengingat sosok perempuan dihadapannya adalah senior yang paling disegani di asrama ini. Wida terisak.

10 Agustus 2012, hari ini tepat Wida kepala dua, genap dua puluh tahun usianya. Hari ulang tahun, hari bahagia kata teman-temannya. Handphonenya tak henti menerima pesan masuk yang kesemuanya adalah ucapan selamat hari lahir...
“Happy Milad Wida, semoga makin sholihah dan cerdas ya…”
Sahabat terdekatnya melayangkan ucapan do’a. Tak kalah juga murabbinya.
“Barakallahu fii umrik Wida…”
Belum lagi dari sahabat-sahabat SMAnya, teman-teman kuliah, teman-teman satu amanah di kampus, adik, kakak, abah, tante, dan semua orang-orang rumah. Ada yang menyampaikan do’a, sekedar ucapan, menagih traktiran, menjanjikan sesuatu, hingga yang berpuisi ria. Wida sempat membayangkan mereka semua mengetikkan pesan ucapan ini dengan senyum yang tulus dan senang merindu. Ah, jika saja mereka tau bahwa Wida kini duduk tersungkur, memeluk tubuhnya sendiri di sudut kamar hingga tersedu.

Sedih menderu tak henti, ia tutup dengan dhuha dua rakaat. Membaca kalamNya, dan do’a atas diri yang ‘berkurang’ usia hari ini. Biarlah hari ini diawali dengan hentakan hebat itu, toh itu memang salah ia sendiri pikirnya. Karna semalam ia sibuk menjawab berbagai pesan dan panggilan dari handphonenya itu, masih tentang ucapan hari lahirnya. Semalaman sibuk dengan laptop dan dunia maya, menjawab semua layangan do’a dari teman-teman lama Wida dan beberapa saudara jauh. Tentu karna sibuk dengan hatinya yang terlajur terharu bahagia akan perhatian orang-orang tercinta semalaman itu. Hingga tiburpun menjelang subuh. Ba’da subuh membuatnya tak kuat menahan mata yang terjaga. Ia baringan, dan akhirnya tertidur. Meninggalkan kerjabakti membersihkan asrama yang disepakati semua terlibat ba’da sholat subuh berjama’ah.

Wida masih merasa bersalah. Pun masih merasa tak enak hati dan pikiran, setiap kali berhadapan dengan sang senior itu. Wida tak pernah mengerti maksud ia. Wida tak mengerti mengapa tidak semua orang bisa memahami keadaan orang lain, yang tentu dengan komunikasi yang baik. Wida kini sibuk dengan Al-Qur’an merah jambu di genggaman, biarlah semua berlalu. Biarlah itu menjadi tamparan dan tak akan terulang lagi. Tapi kejadian tadi, terlanjur tercatat dalam sejarah hidup dan tergores merah di diary Wida. “Ya Allah, jagalah ukhuwah ini, dan ampuni hamba…. Aamiin…” tertulis sebagai penutup dalam diary Wida.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About