Dengan
sangat kanget ia terbangun dari tidurnya. Sungguh kanget. Seketika kepalanya
berdenyut, ia akan pusing seketika jika dibangunkan dengan kejutan sedemikian. Mata
yang masih berkunang karna pusing, langsung ditambah dengan hentakan suara
seorang di hadapannya. Masuk kamar tanpa permisi, membuka pintu tiba-tiba,
memanggil Wida dengan nada tinggi. Bagaimana Wida tak kaget terbangun?
“Ya Allah Wida, kerja mu itu hanya tidur,
kamu pikir disini Cuma buat tidur, hah?! Bersih-bersih asrama bareng yang lain sudah
ga ikut…bangun kesiangan!!”
Wanita itu keluar begitu saja, dengan istigfar
yang terdengar mengakhiri. Wida tersengat. Ia shock luar biasa. Sosok lembut
dan pendiam itu seketika bagai menerima gemuruh hebat ke dalam hatinya. Seruan
itu Wida tanggapi segera dengan lantunan maaf dan rasa bersalah mendalam. Mengingat
sosok perempuan dihadapannya adalah senior yang paling disegani di asrama ini.
Wida terisak.
10
Agustus 2012, hari ini tepat Wida kepala dua, genap dua puluh tahun usianya.
Hari ulang tahun, hari bahagia kata teman-temannya. Handphonenya tak henti
menerima pesan masuk yang kesemuanya adalah ucapan selamat hari lahir...
“Happy
Milad Wida, semoga makin sholihah dan cerdas ya…”
Sahabat terdekatnya melayangkan ucapan
do’a. Tak kalah juga murabbinya.
“Barakallahu
fii umrik Wida…”
Belum lagi dari sahabat-sahabat
SMAnya, teman-teman kuliah, teman-teman satu amanah di kampus, adik, kakak,
abah, tante, dan semua orang-orang rumah. Ada yang menyampaikan do’a, sekedar
ucapan, menagih traktiran, menjanjikan sesuatu, hingga yang berpuisi ria. Wida
sempat membayangkan mereka semua mengetikkan pesan ucapan ini dengan senyum
yang tulus dan senang merindu. Ah, jika saja mereka tau bahwa Wida kini duduk
tersungkur, memeluk tubuhnya sendiri di sudut kamar hingga tersedu.
Sedih menderu tak henti, ia tutup
dengan dhuha dua rakaat. Membaca kalamNya, dan do’a atas diri yang ‘berkurang’
usia hari ini. Biarlah hari ini diawali dengan hentakan hebat itu, toh itu
memang salah ia sendiri pikirnya. Karna semalam ia sibuk menjawab berbagai
pesan dan panggilan dari handphonenya itu, masih tentang ucapan hari lahirnya.
Semalaman sibuk dengan laptop dan dunia maya, menjawab semua layangan do’a dari
teman-teman lama Wida dan beberapa saudara jauh. Tentu karna sibuk dengan
hatinya yang terlajur terharu bahagia akan perhatian orang-orang tercinta
semalaman itu. Hingga tiburpun menjelang subuh. Ba’da subuh membuatnya tak kuat
menahan mata yang terjaga. Ia baringan, dan akhirnya tertidur. Meninggalkan
kerjabakti membersihkan asrama yang disepakati semua terlibat ba’da sholat
subuh berjama’ah.
Wida masih merasa bersalah. Pun masih
merasa tak enak hati dan pikiran, setiap kali berhadapan dengan sang senior
itu. Wida tak pernah mengerti maksud ia. Wida tak mengerti mengapa tidak semua
orang bisa memahami keadaan orang lain, yang tentu dengan komunikasi yang baik.
Wida kini sibuk dengan Al-Qur’an merah jambu di genggaman, biarlah semua
berlalu. Biarlah itu menjadi tamparan dan tak akan terulang lagi. Tapi kejadian
tadi, terlanjur tercatat dalam sejarah hidup dan tergores merah di diary Wida. “Ya
Allah, jagalah ukhuwah ini, dan ampuni hamba…. Aamiin…” tertulis sebagai penutup
dalam diary Wida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar