31 Januari 2013
Mendung menjelang
magrib... Jalan setapak sepanjang kampus masih penuh genangan air, baru saja
tadi hujan cukup deras... Masjid kampus dua lantai itu tujuanku...
Memperhatikan
setiap wajah yang tampak, ada yang sudah duduk manis di lantai dua. Sisanya
harus kupastikan. “Nak, sudah dimana?” Smsku send all. Dreet... terkirim.
Terselip do’a dalam hati, semoga Engkau memudahkan langkah malaikat-malaikat
kecilku itu ya Rabb...
Saat diluar sana
asyik dengan eforia pergantian tahun masehi, bersama bidadari-bidadari kecilku
itu lah justru kami melingkar. Diawali dengan gurauan dan tawa renyah,
‘ta’aruf’. Ada saja gelinya, tingkah mereka aneh-aneh juga ternyata. Bisa
dibilang, ada yang memang bakat bahkan standupcomedy, dan lucunya lagi ada saja
yang jadi bulan-bulanan.
“Kalo aku sih,
makanan yang paling ga disuka, Daging!” akui seorang. Seketika ditimpali begitu
saja oleh yang lain “Wah itu yang disampingmu Daging semua...-menunjuk seorang
disamping- Hahaaa“ Seketika ruangan pekak. Tawa itu, bahagia sekali... Jarum
jam padahal sudah ngeri, jam 22.00 Waktu Indonesia Beriman.
Ruang kelas IEC
lantai 2. Mereka duduk bersila dihadapanku dalam satu shaf. Siap, aku siap
menyampaikan apa yang seharusnya difahamkan. Sudah terbayang alur poin-poin dan
hikmah apa yang diharapkan dari kalimat demi kalimatku yang akan diuratakan.
Hanya hati, hati yang sepenuhnya belum hadir disini. Ah, menatap mereka satu
persatu lekat-lekat cukup membuatku fokus. Bismillah, sesuatu yang dari hati,
akan sampaipun ke hati. Ya Rabb, sebagus apapun materi yang saya sampaikan,
sebaik apapun retorika yang akan saya berikan, jika tanpa hidayahMu yang masuk
perlahan ke hati-hati kecil mereka, tiada kan guna semua... Mengemis kasih
hidayahMu...
Diluar sudah cetar
membahana dengan suara-suara petasan yang ‘waw’ gelegarnya. Sudah sekitar pukul
23.00 malam, aku masih asyik dengan materi yang disampaikan. Memulai dengan
pemafahaman bahwa hati adalah Allah yang menciptakan. Perintah Allah, seruan
Allah, pujian Allah, semua ada dalam Al-Qur’an. Jadi, kita tak bisa menafikan
bahwa hati manusia tak akan mungkin jauh dari Al-Qur’an.
Bisa dilihat dari
segi sains yang tak terbantahkan. Misalnya tentang rumus kecepatan cahaya yang
dijelakan dalam QS. Al-Hadid ayat 25 mengisyaratkan tentang rumus itu, Al-Quran
1400 tahun yang lalu sudah lebih dulu dari Maxwell sang penemu yang baru muncul
tahun 1980an. Al-Qur’an dalam Fisika, Al-Quran dalam Matematika, Al-Qur’an
dalam Astronomi, dan lainnya. Namun realitasnya, al-Qur’an hanya kita pegang
saat-saat galau, saat sedih, saat kecewa, saat bingung. Padahal, Allah turunkan
Al-Quran sebagai petunjuk, sebagai pembeda, sebagai cahaya. Bayangkan jika
engkau berapa dalam posisi itu, seorang teman hanya akan datang kepadamu disaat
ia galau, disaat ia sedih, disaat ia menangis, sakit kan tentunya, sakit?
Begitupun Al-Quran.
Pun Al-Quran yang
telah memberikan perintah untuk Berdakwah. Status sudah jadi ‘aktifis dakwah’,
membawa misi kebaikan didalamnya. Bersabarlah, Allah akan memudahkan segala
urusan kita jika engkau menolong agamaNya...
Juga tentang
berbagai kekhawatiran ketika sudah menjadi aktifis dakwah di Al-Fatih, mulai
dari kuliah yang takut terkesampingkan, waktu yang terkurangi, atau orangtua
yang belum mengizinkan. Hal-hal yang lumrah ditakutkan dari aktifitas kuliah
adalah tugas-tugas, makalah, paper, quiz, ujian, skripsi, dan sejenisnya. Saya
coba mengubah mindset mereka dengan orientasi dunia menjadi orientasi akhirat.
Kuliah kok ngomongin akhirat? Tentu, orientasi yang banyak digemari selama ini adalah
orientasi dunia –IPK cumlaude. Mencoba menyakinkan mereka, bahwa, seberapa
banyak kertas HVS yang dihabiskan untuk ngeprint tugas-tugas, makalah dan
sebagainya itu, akan dihisab oleh Allah, akan dibalas oleh Allah ketika
orientasinya surga (akhirat)... Menyakinkan bahwa seberapa pegalnya jari-jemari
menuliskan atau mengetikkan tugas-tugas, paper dan lainnya itu, akan dibalas
oleh Allah, akan dihisab oleh Allah, ketika orientasinya Surga (akhirat)...
Menyakinkan bahwa seberapa sering mata masih terjaga hingga dini hari untuk
mengerjakan tugas-tugas, makalah, paper, dan lainnya, itu juga akan dihisab
oleh Allah, akan diganjar oleh Allah, ketika orientasinya surga (akhirat). InsyaAllah,
surga dapet, IPK cumlaude dapet! Dan, orang-orang yang orientasinya akhirat,
hanya akan ada ketenangan dihatinya. Saat kuliah, ia yakin bahwa kuliah ini
adalah bentuk ibadahnya pada Allah. Dampaknya apa? Kuliahnya semangat, ga
banyak ngeluh!
Orang yang orientasinya
surga pasti tertata hidupnya, akan memanfaatkan waktu dengan baik. Ia akan
sangat menyayangkan ketika waktunya habis untuk leha-leha. Istirahatnya kapan?
Nanti di surg!. Ia yakin bahwa dunia adalah ladang ia menabar benih kebaikan
dan kebermanfaatan disekitar, karena sebaik-baik manusia adalah yang banyak
menaruh manfaat untuk sekitarnya.
Restu orangtua?
Sungguh, orang tua hanya butuh bukti bahwa kita mampu kuliah dengan nilai yang
baik, pun dengan amanah yang diemban. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk
ragu berjalan dalam koridor jalan ini... Dan saatnya jadi pemain, bukan
penonton lagi!
Mereka sudah naik
kelas. Jika dulu hanya jadi staff, sekarang sudah jadi ‘orang tua’ departemen.
Jika dulu banyak menuntut, sekarang harus banyak memberi. Jika dulu banyak
meminta perhatian, sekarang harus banyak memberi perhatian. Jika dulu meminta
ini dan itu, sekarang harus sering memberi bahu... Selamat berjuang di jalan
ini malaikat-malaikat kecilku... Semoga seiring berjalan waktu, Allah
memahamkan kalian tentang arti sebuah ‘barisan yang kokoh’ dengan ‘amanah dengan
misi mulia’ yang dibawa.. aamiin. Wallahu’alam bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar