(Tulisan ini saya kembangkan dari hasil kajian kepenulisan
dahsyat WLC (Writing Lovers Community) Selasa, 28 Februari 2012, 15.30 @ Lap.PKnH
Fakultas Ilmu Sosial UNY )
Membacalah, karena membaca itu adalah senjatanya menulis..
Bayangkan kalau kita ingin berperang tanpa senjata… Maka membaca, membaca,
membaca, lalu menulislah… Karena membaca dan menulis dua hal yang tak bisa
dipisahkan… Modal bisa menulis adalah membaca… Orang yang suka menulis mustahil
tidak suka membaca… Dan orang yang suka
membaca tidak sempurna jika ia tidak suka menulis… Membacalah sebanyaknya, lalu
menulislah…. Menulislah jika engkau ingin mengukir sejarah… Harimau mati
meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, lalu mahasiswa pergi
meninggal apa?... tinggalkan hal-hal yang mampu menginspirasi orang banyak
melalui tulisan… walau beberapa tahun kemudian dilirik sebuah penerbit… walau
hanya segelintir orang yang membaca… yakinlah, jika dipublikasikan, aka nada
orang yang membaca, walau itu satu orang sekalipun, setidaknya memberikan
pengaruh, ada suatu pesan yang tercerna oleh pembaca…
Menulislah jika engkau tak faham dalam sesuatu yang engkau baca, menulislah jika tak faham sesuatu yang engkau dengar, menulislah jika tak faham sesuatu yang engkau ucap, menulislah… menulislah jika suara mu tak didengar… Menulislah, ungkapkan apa yang tak bisa terungkapkan lisan…. Menulislah kawan…. Karena Menulis adalah cara mencetak sejarahmu….
Menulislah jika engkau tak faham dalam sesuatu yang engkau baca, menulislah jika tak faham sesuatu yang engkau dengar, menulislah jika tak faham sesuatu yang engkau ucap, menulislah… menulislah jika suara mu tak didengar… Menulislah, ungkapkan apa yang tak bisa terungkapkan lisan…. Menulislah kawan…. Karena Menulis adalah cara mencetak sejarahmu….
Alasan kita menulis umunya ada 5, yang pertama adalah amal ma’ruf, yaitu menyampaikan
kebaikan… kita menulis dengan maksud mempengaruhi kejiwaan orang lain… Jika itu
berupa fiksi maka kita berusaha mempengaruhi rasio dan perasaan pembaca..
sedangkan jika kita menulis non fiksi maka kita mengupayakan untuk mempengaruhi
pikiran pembaca… maka ini lah senjata untuk menyampaikan kebaikan kepada orang
banyak… bayangkan, Koran, sebuah kumpulan kertas tulisan bernama Koran dibaca
oleh ribuan orang dari pemulung sampai pejabat negara… dari bawahan hingga
atasan… dari yang melarat hingga konglomerat… Lihatlah dikantor-kantor, suguhan
setiap pagi adalah Koran… disediakan diatas meja-meja kantor,
perusahaan-perusahaan… Maka besar harapan tulisan kita bisa dibaca oleh ribuan
orang… Maka menulislah, dan sampaikan kebaikan… Amal ma’ruf….
Alasan yang kedua adalah mencegah kemungkaran, nahi mungkar… lewat tulisan juga kita bisa menyampaikan pesan-pesan dampak negatif dari maksiat dan tindakan merugikan serta bertentangan dengan nilai-nilai agama… angkatlah isu-isu menarik yang bisa kita telaah dan menuangkannya lewat tulisan…
Alasan ketiga yaitu mengikat ilmu… Kata sabahat nabi, Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa ilmu itu ibarat hewan buruan, maka kita perlu menjaganya… berapa banyak ilmu yang kita pelajari lalu setelah selang beberapa lama atau bahkan baru satu jam berlalu kita sudah lupa… Kenapa kita tidak bernisiatif untuk menjadikan menulis sebagai solusi mengikat ilmu yang telah didapat?… setalah mendapat ilmu, tulislah, insyAllah itu mampu mengikat dan memperkuat apa yang kita dapat dengan kita menuangkannya kembali dalam tulisan bahasa sendiri…
Bagi penulis pemula, jika kita menyukai seorang penulis, dan kita belum bisa menulis mandiri, maka liatlah mereka, kumpulkan karya tulis mereka, konsumsi dan kuasai cara dan warna tulisan mereka, kuasai arah dan cara penaluran tulisannya, baca dan baca, lalu tulis kembali, ceritakan kembali dengan tulisan anda sendiri apa dan bagaimana cerita dan pesan yang disampaikan dalam tulisan atau buku-buku mereka tersebut… Tulis ulang, ceritakan kembali, dengan bahasa dan kalimat sendiri… dengan begitu selain salah satu upaya kita untuk membiasakan menulis juga menambah kosa kata kita… Awali dengan seperti demikian… Terutama jika kita lebih cendrung menyukai fiksi, maka dengan membiasakan menulis dan menceritakan ulang karya penulis-penulis yang kita sukai, efektif untuk penulis fiksi pemula… Dan kita boleh meniru style tulis mereka dengan tetap mempertahankan warna dan cara tulisan kita sendiri…
Alasan keempat yaitu menyampaikan ilmu… ilmu jangan sampai kita pendam sendiri.. jangan sampai hanya berhenti dalam buku-buku diary kita, jangan sampai hanya memenuhi rak-rak buku dan lemari-lemari buku kita, jangan sampai berhenti di laptop dan computer kita… Tapi sampaikanlah ilmu itu, jangan pernah takut kehilangan ilmu, ilmu akan bertambah, lebih bermanfaat, dan menguatkan di ingatan, jika ilmu itu dibagi, diamalkan, disampaikan… Luar biasa bukan ^^
Alasan kelima adalah meneguhkan keimanan… Pernah ada yang bertanya dalam sebuah forum kepenulisan juga “Saya tidak PD mempublikasikan tulisan saya, tidak PD jika ada yang membacanya”…. Maka seketika itu juga sang pembicara mengatakan “Anda menentang kebesaran Tuhan…” Wah menyayat sekali yak… hehe… Tapi membuat penasaran, apa nih maksudnya wah wah Ngajak gelut ni orang, hehe.. mungkin demikian kata si hati penanya… maka pembicarapun menguatkan argumennya dengan penjelasan bahwa kemauan atau kemampuan kita dalam menulis itu adalah anugerah Tuhan… kita bisa menulis itu atas kuasa dan kehendak Tuhan lalu kenapa harus malu atas apa yang kita bisa….. Jangan percaya dengan namanya Bakat… Bakat itu membuat kita malas…. Toh bakat jika tidak ada kemauan, apa yang terjadi?... Maka yang seharusnyanya adalah justru optimalkanlah kemauan itu agar dapat membuahkan kemampuan…. Super kan ^^
Alasan yang kedua adalah mencegah kemungkaran, nahi mungkar… lewat tulisan juga kita bisa menyampaikan pesan-pesan dampak negatif dari maksiat dan tindakan merugikan serta bertentangan dengan nilai-nilai agama… angkatlah isu-isu menarik yang bisa kita telaah dan menuangkannya lewat tulisan…
Alasan ketiga yaitu mengikat ilmu… Kata sabahat nabi, Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa ilmu itu ibarat hewan buruan, maka kita perlu menjaganya… berapa banyak ilmu yang kita pelajari lalu setelah selang beberapa lama atau bahkan baru satu jam berlalu kita sudah lupa… Kenapa kita tidak bernisiatif untuk menjadikan menulis sebagai solusi mengikat ilmu yang telah didapat?… setalah mendapat ilmu, tulislah, insyAllah itu mampu mengikat dan memperkuat apa yang kita dapat dengan kita menuangkannya kembali dalam tulisan bahasa sendiri…
Bagi penulis pemula, jika kita menyukai seorang penulis, dan kita belum bisa menulis mandiri, maka liatlah mereka, kumpulkan karya tulis mereka, konsumsi dan kuasai cara dan warna tulisan mereka, kuasai arah dan cara penaluran tulisannya, baca dan baca, lalu tulis kembali, ceritakan kembali dengan tulisan anda sendiri apa dan bagaimana cerita dan pesan yang disampaikan dalam tulisan atau buku-buku mereka tersebut… Tulis ulang, ceritakan kembali, dengan bahasa dan kalimat sendiri… dengan begitu selain salah satu upaya kita untuk membiasakan menulis juga menambah kosa kata kita… Awali dengan seperti demikian… Terutama jika kita lebih cendrung menyukai fiksi, maka dengan membiasakan menulis dan menceritakan ulang karya penulis-penulis yang kita sukai, efektif untuk penulis fiksi pemula… Dan kita boleh meniru style tulis mereka dengan tetap mempertahankan warna dan cara tulisan kita sendiri…
Alasan keempat yaitu menyampaikan ilmu… ilmu jangan sampai kita pendam sendiri.. jangan sampai hanya berhenti dalam buku-buku diary kita, jangan sampai hanya memenuhi rak-rak buku dan lemari-lemari buku kita, jangan sampai berhenti di laptop dan computer kita… Tapi sampaikanlah ilmu itu, jangan pernah takut kehilangan ilmu, ilmu akan bertambah, lebih bermanfaat, dan menguatkan di ingatan, jika ilmu itu dibagi, diamalkan, disampaikan… Luar biasa bukan ^^
Alasan kelima adalah meneguhkan keimanan… Pernah ada yang bertanya dalam sebuah forum kepenulisan juga “Saya tidak PD mempublikasikan tulisan saya, tidak PD jika ada yang membacanya”…. Maka seketika itu juga sang pembicara mengatakan “Anda menentang kebesaran Tuhan…” Wah menyayat sekali yak… hehe… Tapi membuat penasaran, apa nih maksudnya wah wah Ngajak gelut ni orang, hehe.. mungkin demikian kata si hati penanya… maka pembicarapun menguatkan argumennya dengan penjelasan bahwa kemauan atau kemampuan kita dalam menulis itu adalah anugerah Tuhan… kita bisa menulis itu atas kuasa dan kehendak Tuhan lalu kenapa harus malu atas apa yang kita bisa….. Jangan percaya dengan namanya Bakat… Bakat itu membuat kita malas…. Toh bakat jika tidak ada kemauan, apa yang terjadi?... Maka yang seharusnyanya adalah justru optimalkanlah kemauan itu agar dapat membuahkan kemampuan…. Super kan ^^
Terakhir, saling memotivasi….. Dalam menulispun kita butuh
partner, butuh teman, butuh orang lain yang bisa menyampaikan masukan…. Butuh orang
lain untuk memberikan saran…. Butuh orang lain untuk mencela, eh maksufnya
penambahkan dan memberi nilai lebih gitu lo, hehe ^^…. Pernah liat buku-buku
yang kita miliki atau di toko-toko buku, dibagian depan atau paling belakang,
sering kita temui kata-kata ucapan terima kasih, “terima kasih kepada ibu dan
ayah yang telah memberi motivasi sehingga terselesainya novel ini, terima kasih
kepada kakakku yang telah memberi masukan dari ide cerita novel ini sehingga
mendapatkan ending yang mengesankan, terima kasih kepada Saudara ku Fitria yang
telah mengoreksi dan membantu editing novel ini hingga bisa terima dan sampai
ditangan pembaca yang semangat sekalian… “.. hehe :D Fitria? Terima kasih ya
Fitria.. andai…halah…. Kembali ke topic…. Nah penulis-penulis terkenal,
penulis-penulis hebat saja dibantu dan memerlukan orang lain dalam menghasilkan
karya besar, kenapa kita tidak?... hayok jalin kekerabatan erat, saling memberi
masukan…. Semoga terlahir penulis-penulis besar….
Sebuah kalimat luar biasa dari seorang tawanan Syaith Qutub sebelum ia dihukum mati “Biarlah senjata itu menembus kepala ku, biarkan…. Tapi senjata pena (tulisan) ku telah menembus ribuan kepala orang…” SubahanAllah ya…. Juga kalimat luar biasa yang disampaikan oleh seorang Kartini, “orang dapat merampas seluruh senjata ku, tapi tidak dengan pena ku, itulah senjata ampuhku…” Super….liatlah seorang kartini, senjata nya Pena Bro…. Maka dari itulah tulisannya “Habis Gelap Terbitlah Terang”… karya tangan seorang Kartini yang kini sampai ditelinga kita, hingga kini, terabadikan, kuat mememori….dahsyatnya tulisan…. Sudah puluhan tahun yang lalu, tapi hingga kini masih dikenang… Sejarah ada karena ada yang menulisnya…. Maka menulislah, cetaklah sejarah terbaikmu ^^
Sebuah kalimat luar biasa dari seorang tawanan Syaith Qutub sebelum ia dihukum mati “Biarlah senjata itu menembus kepala ku, biarkan…. Tapi senjata pena (tulisan) ku telah menembus ribuan kepala orang…” SubahanAllah ya…. Juga kalimat luar biasa yang disampaikan oleh seorang Kartini, “orang dapat merampas seluruh senjata ku, tapi tidak dengan pena ku, itulah senjata ampuhku…” Super….liatlah seorang kartini, senjata nya Pena Bro…. Maka dari itulah tulisannya “Habis Gelap Terbitlah Terang”… karya tangan seorang Kartini yang kini sampai ditelinga kita, hingga kini, terabadikan, kuat mememori….dahsyatnya tulisan…. Sudah puluhan tahun yang lalu, tapi hingga kini masih dikenang… Sejarah ada karena ada yang menulisnya…. Maka menulislah, cetaklah sejarah terbaikmu ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar