Sering terjadi, hasil dari apa yang kita usahakan tidak seperti yang diharapkan. Lalu yang ditinggalkan adalah rasa kecewa atas kegagalan itu. Merasa menjadi orang yang paling sulit dalam urusan, paling rumit dalam masalah, dan paling sering terjatuh. Sungguh, manusia paling mulia saja juga pernah mengalami yang namanya gagal sahabatku.... Jadi, bangunlah....!
Rosulullah sangat akrab dengan
masa-masa sulit. Sejak kecil sudah yatim. Lalu menjadi yatim piatu sejak ibu
nya meninggal. Dalam dakwah juga mengalami masa-masa sulit, wafatnya Khadijah
istri tercinta dan pamannya Abu Tholib. Pergi ke Thoif pun mendapat cemoohan
dan lemparan batu hingga berdarah-darah. Lalu perang, beberapa kali
mengalami kegagalan, seperti dalam
perang Uhud dan Hunain karna para sahabat terbuai dunia dan merasa besar dengan
banyaknya jumlah. Rosulpun pernah ditegur oleh Allah ketika mengabaikan
orang-orang kecil yang minta diajarinya. Surat Abasa mengabadikan terguran
Allah kepada utusan tercintaNya itu.
Abu Bakar pun suatu ketika tidak
teliti dalam memilih makanan.
“Suatu hari pembantu Abu Bakar
Ash-Shiddiq membawakan sesuatu lalu dimakan oleh Abu Bakar. Sang pembantu
bertanya “Apakah tuan mengetahui hal ini? Pada zaman jahiliah dulu aku pernah
memenung seseorang, padahal aku tidak bisa menenung, melainkan hanya mengecoh
belaka. Lalu orang tersebut menemuiku dan memberikan sesuatu kepadaku apa yang
Tuan makan ini”. Abu Bakar seketika itu juga memasukkan tangannya ke dalam
mulutnya, lalu memuntahkan seluruh isi perutnya.” (HR. Bukhari dari Aisyah ra)
Umar juga pernah gagal. Di masa
Jahiliah ia pernah mengubur anak perempuannya hidup-hidup dan teramat bodoh nya
ketika itu karena menyembah makanan lalu memakannya karena lapar. Tapi itu
semua tidak mengurangi kebesaran seorang Umar.
Imam Al-Ghazali adalah orang yang
gemar mencatat ilmu-ilmu yanbg didapatkannya. Sampai suatu ketika dia berjalan
membawa hasil ilmunya
dan dirampok bawaaannya. Perampok merebut barang
bawaannya berupa catatan-catatan ilmu, Imam Al-Ghazali bersikeras merebutnya,
tapi ia malah dicemooh, masa mengandalkan ilmu hanya pada catatan bukan hafalan
di hati. Kegagalan ini yang melecut dirinya untuk mengambil ibroh dan mengubah
cara belajarnya dari mencatat menjadi penghafal. Dan hasilnya luar biasa
sebagaimana yang kita rasakan saat ini...Tiada lagi alasan untuk melemahkan diri sendiri dengan judge negatif atas diri sendiri. Harapan itu masih ada, percayalah... Pertolongan Allah itu dekat, dan Allah lebih dekat dari urat nadi... Tergantung apakah kita mendekat padaNya atau justru terus menjauh...
Keep Hamasah ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar